Arsip Blog

Apakah Ahmadiyah ?

Jemaat Ahmadiyah adalah suatu Organisasi Islam yang didirikan oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as. pada tahun 1889, atas perintah Allah Ta’ala. Ahmadiyah bukanlah suatu agama. Agamanya adalah ISLAM. Jemaat Ahmadiyah menjunjung tinggi Kalimah Syahadat “Laa ilaha Illallah, Muhammadur-rasulullah“. Jemaat Ahmadiyah bersaksi bahwasanya tiada tuhan melainkan Allah dan Muhammad itu adalah rasul Allah.

Jemaat Ahmadiyah menjunjung tinggi kitab suci Al-Quran sebagai Kitab Syariat terakhir yang paling sempurna, hingga kiamat.

Jemaat Ahmadiyah menjunjung tinggi Sayyidina Muhammad Mustafa Rasulullah shallallahu alaihi wa’aalihi wassallam sebagai Khataman-nabiyyiyn yang merupakan penghulu dari sekalian nabi dan nabi yang paling mulia. Beliau adalah nabi pembawa syariat terakhir. Penutup pintu kenabian tasyri’i. Tidak ada lagi nabi pembawa syariat baru sesudah Rasulullah saw.

Read the rest of this entry

Ajaran Ahmadiyah Dan Pendirinya

AHMADIYAH
PENDIRI DAN AJARANNYA[1]
Oleh:
H. Muhammad Syaeful ‘Uyun[2]
Mirza Ghulam Ahmad, Sekilas Riwayat Hidup

Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Pendiri Jamaah Ahmadiyah, berasal dari keluarga terhormat. Mirza adalah gelar yang biasa diberikan kepada kaum ningrat keturunan raja-raja Islam dinasti Moghul berasal dari Persia. Sebutan Hadhrat biasa diberikan orang kepada wujud-wujud suci, atau pada ‘alim rabbani; sebutan Ghulam merupakan nama famili. Jadi, nama asli beliau hanyalah Ahmad.
Hadhrat Ahmad dilahirkan pada tanggal 13 Pebruari 1835, sesuai dengan 14 Syawal 1250 H, pada hari Jumat di kediaman orang tua beliau sendiri, Mirza Ghulam Murtadha, di dusun Qadian, yang terletak 24 Km dari kota Amritsar, Punjab, India.
Keluarga Mirza yang menetap di dusun Qadian itu mempunyai hak atas seluruh dusun Qadian dan berhak memungut pajak 5 % dari tiga desa sekitarnya. Setelah mengalami kejayaannya, kerajaan Moghul mengalami kepudarannya dan menjadi terpecah-pecah, lalu dilanda oleh kebangunan kembali raja-raja Hindu dan Sikh, hingga musnah sama sekali dengan datangnya Inggris.
Di zaman penjajahan Inggris ayahanda beliau berusaha mendapatkan kembali hak-hak atas tanah milik beliau dengan membelanjakan puluhan ribu rupees, untuk memenangkan tuntutan di meja hijau, akan tetapi semuanya tidak berhasil. Sebagai ayah, Mirza Ghulam Murtadha menumpahkan banyak harapan kepada Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, agar sang putra kelak dapat berjuang memulihkan kejayaan dan pamor duniawi keluarga Mirza. Akan tetapi Hadhrat Ahmad berkecenderungan sebaliknya, bahkan beliau mengungkapkan perasaan beliau: “Aku tidak menghendaki kekayaan dalam arti kata duniawi, akan tetapi kaya dalam arti rohani….”
Sekedar hormat dan taat kepada ayahanda, beliau acapkali juga menyelasaikan perkara-perkara pengadilan membantu ayahanda; akan tetapi sebenarnya beliau merasa enggan dan hati beliau selalu dekat kepada urusan rohani dan mencari kepuasan dalam asyiknya berzikir dan beribdah kepada Allah SWT.