Beberapa Persoalan Yang Akan Menjadikan Umat Islam Selalu Berbeda Satu Sama Lain

Allah Swt. berfirman:

QS Hud 11 119

Artinya:

“Dan seandainya Tuhanmu memaksakan kehendak-Nya, niscaya Dia telah menjadikan manusia menjadi satu umat saja, tetapi mereka senantiasa berbeda pendapat.”  (QS.Hud,11:119)

 Allah Swt. berfirman:

Artinya:

“Dan seandainya Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu semua satu umat saja. Akan tetapi Dia hendak menguji kamu dengan apa yang Dia berikan kepada kamu. Maka berlomba-lombalah kamu di dalam berbuat kebajikan. Kepada Allah-lah kamu sekalian akan kembali dan kelak Dia akan memberitahukan kepadamu apa-apa yang senantiasa kamu perselisihkan.” (QS.Al-Maidah, 5:49)

Adalah suatu realitas sejarah, bahwa umat manusia sejak dari zaman Nabi Adam as tidak pernah bisa dipersatukan. Selalu ada keanekaragaman dan perbedaan-perbedaan baik dalam kultur sosial kemasyarakatan maupun dalam pola pemikiran dan pemahaman. Pemikiran dan pemahaman setiap individu dengan individu yang lainnya selalu tidak bisa sama. Ini termasuk dalam soal beragama dan berkeyakinan. Bahkan keanekaragaman dan perbedaan dalam soal agama dan keyakinan menjadi sebuah keniscayaan.  Karena sebelum agama itu sendiri diturunkan, kondisi masyarakat yang kepada masyarakat mana agama diturunkan, telah  lebih dahulu memiliki anekaragam perbedaan-perbedaan yang tidak pernah bisa dengan cara bagaimanapun untuk dipersatukan.

Demikian halnya dengan umat Islam. Pemikiran dan pemahaman dalam masyarakat Islam selalu beraneka ragam dan berbeda-beda. Pemikiran dan pemahaman dalam masyarakat Islam selalu mengalami perkembangan sesuai dengan kecerdasan akal dan pola pikirnya yang selalu dinamis. Mengenai Al-Quran saja misalnya, walaupun umat Islam memiliki kepercayaan dan keyakinan yang sama terhadap kitab suci Al-Quran, akan tetapi interpretasi dan pemahaman yang muncul dalam masyarakat Islam terhadap teks ayat-ayatnya selalu tidak sama. Selalu muncul pemahaman-pemahaman dan penafsiran-penafsiran baru yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya sehingga kitab Tafsir Al-Quran terbit berpuluh-puluh macam banyaknya. Dan karena ilmu pengetahuan manusia terus berkembang, nilai-nilai sosial dan budayanya terus mengalami kemajuan, maka para cendekiawan Islam dipastikan akan terus menggali khazanah Ilmu Al-Quran sehingga kelak masih akan lahir lagi pemahaman-pemahaman dan penafsiran-penafsiran baru terhadap teks ayat-ayat suci Al-Quran sesuai dengan tuntutan nilai-nilai budaya dan perkembangan zaman. Pemahaman-pemahaman dan penafsiran-penafsiran baru itu dipastikan tidak akan satu macam, melainkan akan beraneka ragam. Keanekaragaman tafsir dan pemahaman dalam Islam ini menjadi sebuah keniscayaan yang tidak akan bisa dipakasa untuk dipersatukan, karena kesulitan untuk mempersatukannya pun sebuah keniscayaan juga.

Keanekaragaman dan perbedaan tidak hanya terjadi pada masyarakat Islam dalam menterjemahkan maksud dan kehendak teks ayat-ayat Al-Quran saja, keberagaman dan perbedaan juga terjadi pada masyarakat Islam dalam menentukan hukum-hukum Islam atau Fiqh. Empat mazhab yang ada pun berbeda antara satu dengan yang lainnya. Keniscayaan bagi umat Islam untuk berbeda satu sama lain ini bahkan sudah diprediksikan oleh Yang Mulia Nabi Muhammad Saw sendiri dalam sebuah hadis terkenal, bahwa Ikhtilaafu ummati rahmah. Yakni, perbedaan-perbedaan yang muncul ditengah-tengah umatku adalah rahmat.

Pemahaman yang paling sederhana tentang makna yang dapat ditangkap dari hadis ini ialah bahwa munculnya ikhtilaaf yakni perbedaan-perbedaan dalam umat Islam adalah keniscayaan yang tidak bisa dielakkan. Namun jika ikhtilaaf itu dipaksa dipersatukan, dan masing-masing memiliki klaim pembenaran yang mengarah kepada pertikaian dan bahkan pembunuhan satu sama lain, maka ikhtilaaf yang tadi disebut rahmat itu sepertinya akan berubah menjadi laknat yang dapat mendatangkan petaka besar bagi umat Islam sendiri maupun bagi umat manusia lainnya secara keseluruhan.

Sabda Rasulullah Saw tentang Turun-nya Isa ibnu Maryam di Akhir Zaman

Selain terhadap teks ayat-ayat Al-Quran dan terhadap hukum-hukum Islam pemahaman dan interpretasi umat Islam akan terus berbeda satu sama lain, terhadap banyak persoalan lainnya pun umat Islam dipastikan akan memiliki interpretasi dan pemahaman yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Salah satu diantaranya ialah mengenai pemahaman dan penafsiran umat Islam terhadap janji Rasulullah Saw mengenai akan turunnya Nabi Isa ibnu Maryam di akhir zaman. Janji Rasulullah Saw itu tersebut dalam hadits-hadits yang shahih, diantaranya:

Artinya:

Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Bagaimana sikap kalian jika Ibnu Maryam turun diantara kalian dan menjadi Imam dari antara kalian.” (Hadis riwayat Shahih Bukhari jld.6 hal. 358; Shahih Muslim jld.2 hal.193)

Artinya:

Dari Sa’id ibnu Musayyab dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Demi Allah, yang nyawaku berada di genggaman Tangan-Nya, sungguh Isa bin Maryam benar-benar akan turun di antara kalian sebagai hakim yang adil, kemudian akan mematahkan salib, membunuh babi, menghabisi peperangan dan membagi-bagikan harta sehingga tidak ada seorang pun yang mau menerimanya, sehingga saltu sujud itu lebih baik daripada dunia dan seluruh isinya.” (Hadis Riwayat Shahih Bukhari jld.4 hal. 356 dan Shahih Muslim jld.2 hal. 189,193)

 

Artinya:

Dari Ibnu Abbas ra berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Tidak akan hancur suatu umat yang saya berada di masa awalnya, dan Isa ibnu Maryam di masa akhirnya dan Mahdi di tengah-tengahnya.” (Hadis Riwayat Nasai dalam Sunan-nya, lihat kitab Faidhul Qadir jld. 5 hal. 301)

Dan masih banyak lagi riwayat-riwayat lainnya yang memuat janji Rasulullah Saw bahwa Nabi Isa ibnu Maryam akan turun kembali ke dunia. Nyaris tidak ada yang membantah mengenai adanya janji Rasulullah Saw bahwa Nabi Isa as akan turun kembali kedunia ini. Secara kekseluruhan umat Islam diselruruh dunia meyakini dan menantikan kedatangan nabi Isa as kedua kalinya kedunia ini. Namun demikian, persepsi dan pemahaman masyarakat Islam terhadap turunnya kembali Nabi Isa as kedunia ini sangat berbeda-beda, karena belum ada persepsi dan kesepahaman yang tunggal yang dapat diakui dan diterima oleh segenap masyarakat Islam diseluruh dunia secara keseluruhan.

Disatu sisi kedatangan Nabi Isa as kedua kalinya ke dunia diyakini oleh umat Islam diseluruh dunia bahwa beliau as akan menjadi pemersatu umat, namun disisi lain janji kedatangan Nabi Isa as kedua kali ke dunia ini bisa jadi menjadi penyebab perpecahan dan perbedaan dalam umat Islam di seluruh dunia, karena umat Islam diseluruh dunia belum memiliki konsensus dan ijma’ yang kuat dan pasti mengenai kapan dan di belahan bumi bagian mana Nabi Isa as akan turun? Bagaimana cara umat Islam mengenali Nabi Isa as nanti jika beliau turun kedunia? Nabi Isa as yang mana yang akan turun kedunia? Dengan cara bagaimana beliau akan turun? Dengan cara beliau sendiri kah beliau datang ke dunia, ataukah dengan cara diutus oleh Allah Swt melalui wahyu yang dibawa oleh Malaikat Jibril sebagaimana biasanya dahulu Allah Swt. mengutus seorang Nabi? Bagaimana dengan pemahaman umat Islam selama ini bahwa Allah Swt. tidak akan mengutus lagi siapa pun sesudah Nabi Muhammad Saw? Bagaimana nanti cara beliau mengajarkan al-Quran, Sunnah dan Hadits Nabi Muhammad Saw kepada umat Islam, apakah beliau nanti tahu dengan sendirinya ilmu tafsir al-Quran, tafsir Hadits dan ilmu Fiqh? Apakah beliau nanti akan belajar Bahasa Arab terlebih dahulu, atau Allah Swt. akan mengajari beliau langsung melalui perantaraan wahyu? Bagaimana dengan pemahaman yang dipegang oleh umat Islam selama ini bahwa Allah Swt. tidak akan lagi menurunkan wahyu kepada siapapun? Masih akan tetap menjadi Nabi kah beliau kelak, atau pangkat kenabian beliau akan dicabut karena sudah ada pemahaman bahwa sesudah Nabi Muhammad Saw tidak boleh ada lagi Nabi yang bagaimanapun?

Jawaban umat Islam terhadap pertanyaan-pertanyaan seperti ini pasti tidak akan sama bahkan akan membuka peluang yang sangat besar bagi lahirnya perbedaan-perbedaan di tengah-tengah umat Islam diseluruh dunia, bukan hanya di Indonesia.

۝۝۝

Sabda Rasulullah Saw tentang Turun-nya Imam Mahdi di Akhir Zaman

Selain mengenai Nabi Isa as. Rasulullah Saw juga menjanjikan bahwa sebelum Nabi Isa as turun ke dunia, akan terlebih dahulu dating Imam Mahdi Hakam Yang Adil yang diyakini oleh masyarakat Islam akan menjadi Ratu Adil dan Juru Selamat bagi umat Islam. Sabda-sabda Rasulullah Saw mengenai akan turunnya Imam Mahdi ke duni diantaranya sebagai berikut:

Artinya:

Dari Abdullah bin Mughaffal ra berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Kemudian Isa bin Maryam turun, sedang dia percaya kepada Nabi Muhammad dan ia melaksanakan agamanya, sebagai Imam Mahdi, Hakam Adil kemudian ia akan membunuh Dajjal.”(Hadis Riwayat Thabrani dalam al-Jami’ul Kabir, Baihaqi dalam al-Ba’tsu dengan sanad yang baik)

Artinya:

Dari Ibnu Abbas ra berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Tidak akan hancur suatu umat yang saya berada di masa awalnya, dan Isa ibnu Maryam di masa akhirnya dan Mahdi di tengah-tengahnya.” (Hadis Riwayat Nasai dalam Sunan-nya, lihat kitab Faidhul Qadir jld. 5 hal. 301)

Artinya:

“Sudah dekat masanya bahwa orang yang hidup diantara kamu, akan bertemu dengan Isa Ibnu Maryam, yang menjadi Imam Mahdi dan hakim adil.” (Hadis Riwayat Musnad Ahmad bin Hambal jld. 3 hal. 156)

Masih banyak lagi riwayat-riwayat lainnya yang menuturkan janji Rasulullah Saw bahwa Imam Mahdi hakim adil akan turun ke dunia. Nyaris tidak ada juga yang meragukan mengenai adanya janji Rasulullah Saw bahwa Imam Mahdi akan turun kedunia ini. Segenap umat Islam diselruruh dunia meyakini dan menantikan kedatangan Imam Mahdi kedunia ini. Namun demikian, persepsi dan pemahaman masyarakat Islam terhadap sosok Mahdi ini juga sangat berbeda-beda, karena belum ada persepsi dan pemahaman yang sama yang bisa diakui dan diterima oleh segenap masyarakat Islam diseluruh dunia secara keseluruhan.

Seperti juga halnya mengenai akan datangnya Nabi Isa as, rencana kedatangan Imam Mahdi pun disisi lain akan menjadi pemicu timbulnya perpecahan dan perbedaan dalam umat Islam di seluruh dunia, karena umat Islam diseluruh dunia tidak memiliki konsensus dan kesepakatan yang kuat dan jelas mengenai kapan dan di belahan bumi bagian mana Imam Mahdi akan turun? Bagaimana cara umat Islam mengenali Imam Mahdi nanti jika beliau turun ke dunia? Apakah Imam Mahdi ini akan turun ke dunia dalam wujud manusia, atau kah hanya berupa spirit yang masuk kedalam dada tiap-tiap orang Islam untuk membimbing orang-orang Islam kepada jalan petunjuk? Beribu pertanyaan lainnya tentang Imam Mahdi akan muncul dan akan melahirkan jawaban-jawaban yang pada akhirnya secara tak terhindarkan akan membentuk aliran-aliran pemahaman  dan kelompok-kelompok sosial keagamaan yang memiliki kalim-klaim keyakinan yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya.

Bagaimana seharusnya umat Islam menyikapi perbedaan-perbedaan ini?

Harus dimaklumi bahwa sebelum Islam turun ke dunia, umat manusia secara sosial dan keagamaan sudah terbentuk dalam aneka macam perbedaan. Oleh karena itu perbedaan-perbedaan dan aliran-aliran pemahaman bukan saja merupakan sebuah realitas sosial, akan tetapi juga sebuah realitas sejarah yang tidak dapat dihapuskan atau dipersatukan. Oleh karenanya, sikap yang harus dikembangkan dalam menghadapi perbedaan-perbedaan ini adalah sikap yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip toleransi yang telah diletakkan oleh Allah Swt. dalam Al-Quran, yaitu:

Artinya:

“Tidak ada paksaan dalam agama. Sesungguhnya jalan benar itu sudah nyata terang bedanya dari kesesatan.” (QS. Al-Baqarah, 2:257)

Artinya:

“Dan sekiranya Tuhan engkau memaksakan kehendak-Nya, niscaya semua orang yang ada di muka bumi ini akan serentak beriman semuanya. Apakah engkau akan memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman?.” (QS. Yunus, 10:100)

Ini adalah ketetapan Allah Swt. yang sangat mendasar dalam memandang kelompok atau fihak lain yang memiliki pandangan dan keyakinan yang berbeda. Jika Allah Swt. sendiri tidak memaksakan kehendak-Nya agar seluruh manusia menjadi beriman, lalu apa hak dan otoritas manusia untuk melakukan pemaksaan kepada yang lain yang memiliki pandangan dan keyakinan yang berbeda?

Dengan ayat-ayat ini Allah Swt. telah meletakkan dasar untuk menentukan sikap yang paling arif dalam berinteraksi dengan kelompok-kelompok dan fihak-fihak lain yang memiliki pandangan dan keyakinan yang berbeda bahwa manusia dianugerahi kebebasan dan kemerdekaan yang seluas-luasnya dalam menentukan pilihan keyakinan. Setiap insan harus bebas untuk menyatakan keyakinannya, dan harus bebas atau tidak boleh dipaksa untuk tidak menyatakan keyakinannya. Memperlihatkan sikap yang tidak sesuai dengan ketetapan ini tidak saja akan menodai prinsip toleransi yang telah ditetapkan Allah Swt. akan tetapi juga merupakan sebuah tindakan kriminal dihadapan Allah Swt..

Memang dengan banyaknya perbedaan akan muncul klaim-klaim pembenaran. Satu kelompok cenderung untuk memvonis ‘salah’ kelompok lainnya. Untuk menghindari situasi itu terjadi, Rasulullah Saw telah meletakkan rambu-rambu sederhana untuk dipatuhi yaitu:

Artinya:

“Orang muslim ialah orang yang menjaga orang muslim lainnya dari terganggu oleh lidah-nya dan oleh tangannya. Dan orang yang berhijrah ialah orang yang berhijrah dari apa yang dilarang oleh Allah Swt.” (Hadis Riwayat Bukhari)

Artinya:

“Barangsiapa yang shalat seperti shalat kami, dan menghadap ke kiblat kami, serta makan makanan yang kami sembelih, maka orang itu adalah muslim.” (Hadis Riwayat Bukhari)

Artinya:

“Barangsiapa yang menyebut kepada seseorang ‘kamu kafir’, atau ‘kamu musuh Allah’, padahal ia tidak demikian, maka ucapannya itu akan kembali kepada orang yang mengatkan tuduhan itu.” (Hadis Riwayat Bukhari)

Rambu-rambu yang telah diletakkan oleh Rasulullah Saw ini harus menjadi prinsip hidup dalam keanekaragaman pemikiran dan pemahaman. Keanekaragaman dan perbedaan-perbedaan dalam Islam adalah keniscayaan, akan tetapi setiap kelompok yang berbeda dalam Islam harus mematuhi aturan main yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw. Aturan main ini harus menjadi konsensus sosial bagi masyarakat Islam dalam berinteraksi dengan kelompok-kelompok Islam lainnya yang memiliki pandangan dan keyakinan yang berbeda. Akhir segala keputusan hanya berada di Tangan Allah Swt. “Sesungguhnya Tuhan engkau, Dia-lah yang Maha Mengatahui siapa-siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Maha Mengetahui siapa-siapa yang berada dalam petunjuk.” (QS Al-An’am:117; An-Nahl:125).

۝۝۝

About isyaat

Media Informasi Dan Tarbiyat MKAI Jakarta Barat

Posted on 02/10/2012, in Islam and tagged . Bookmark the permalink. Komentar Dinonaktifkan pada Beberapa Persoalan Yang Akan Menjadikan Umat Islam Selalu Berbeda Satu Sama Lain.

Komentar ditutup.