KONSEP KHILAFAH ISLAM yang Disalahpahami

Oleh Haris Zafar

 

Istilah “Kekhalifahan Islam” sering menimbulkan ketakutan akan terjadinya pemberontakan Islam dimana umat Islam akan memperoleh kontrol politik global. Beberapa orang seperti Sean Hannity, menyatakan bahwa memberikan kontrol pada Alqaeda akan mengarah pada kekhalifahan Islam. Walaupun Caliphate merupakan terjemahan Inggris dari bahasa Arab Khilafah, dua istilah ini memiliki konotasi yang berbeda.

 

Sejak revolusi muncul di Mesir, banyak para pakar terus menerus memperingatkan kemungkinan pengambil-alihan pergerakan radikal di Mesir yang pada akhirnya akan membangkitkan sebuah kekhilafahan imperialis. Sistem khilafah tampaknya diwajibkan untuk mengobarkan peperangan demi membawa dunia berada di bawah kekuasaan Islam – dan kemudian menegakkan hukum Syariah.
 
Hal ini jauh sekali dari tujuan sebenarnya dan pentingnya khilafah. Sementara Caliphate menyiratkan pada keadaan politik-keagamaan Muslim diatur oleh seorang pemimpin politik, khilafah mengacu pada tradisi dalam Islam tentang suksesi kepemimpinan ruhani.

 

Kata khilafah berarti suksesi, dan khalifah adalah penerus nabi Allah yang tujuannya adalah untuk menyempurnakan tugas-tugas reformasi dan terbiyat moral yang diajarkan oleh nabi. Oleh karena itu khilafah bisa eksis dan berkembang tanpa negara, seperti kepausan dalam Katolik, yang memberikan bimbingan rohani dan persatuan.
Pemahaman Islam tentang khilafah didasarkan pada Alquran, ajaran Nabi Muhammad saw dan teladan-teladan dari empat khalifah pertama dalam Islam setelah kewafatan nabi Muhammad saw. Nabi Muhammad menubuatkan bahwa periode khilafah-lah yang akan mengikuti kewafatan beliau, kemudian monarki, otokrasi dan setelah hilang, khilafah akan didirikan kembali diatas ajaran kenabian.

 

Empat khalifah pertama adalah sahabat dekat nabi dan dikenal karena integritas dan pengabdian besar mereka. hal yang sangat penting adalah kualifikasi (tentang) “yang terbimbing” telah digunakan untuk membedakan mereka dari raja-khalifah kemudian.

 

Dalam periode (632-661) Pemerintahan dari Khalifah Rasyidah (yang terpilih/yang terbimbing) sering dikenang sebagai zaman keemasan Islam. orang-orang Islam sering mendefinisikan diri dan teologi mereka (merujuk kepada cara mereka meraih kejayaan di masa silam, meskipun terjadi ketidakstabilan pada beberapa peristiwa pada masa itu.

 

Setelah pembunuhan dari Khalifah Rasyidah yang terakhir, perdebatan suksesi kepemimpinan mengakibatkan perpecahan di tubuh Islam menjadi cabang-cabang Sunni dan Syiah. Nilai-nilai spiritual itu hilang dan diganti dengan lembaga politik, atau khalifah (caliphate). Muawiyah menyatakan dirinya sebagai pemimpin kaum muslimin dan dengan jalan itu meletakkan dasar-dasar dari garis panjang khalifah atau dinasti monarki – sesuai dengan nubuatan Muhammad saw.

 

Periode para khalifah ini ini berlanjut selama berabad-abad sampai Ottoman Selim I ditangkap khalifah terakhir dari Kairo pada tahun 1517. Sultan-sultan Ottoman kemudian mengklaim gelar khalifah dan berjalan selama empat abad sampai Kamal Ataturk, pendiri Republik Turki menghapuskannya pada tahun 1924.
Osama bin Laden dan sejumlah partai politik fundamentalis telah menyerukan restorasi khilafah untuk menyatukan negara-negara Islam – baik melalui demonstrasi politik secara damai atau melalui kekerasan. Dua kelompok yang berpengaruh, kelompok Islam Radikal, Jamaat Islami dan Ikhwanul Muslimin, berusaha untuk mengembalikan kekhalifahan sebagai sebuah institusi Islam yang militan.

 

Tapi apa yang Muslim butuhkan adalah khilafah rohani.Setiap upaya untuk memaksakan sistem khalifah ditakdirkan untuk gagal tidak hanya karena menyimpang dari sistem khilafah Islam sejati, tetapi juga karena perpecahan dikalangan umat Islam untuk memilih seorang pemimpin.

 

Jamaah Muslim Ahmadiyah, bagaimanapun telah mengambil perananan.Sebagai Muslim yang meyakini pada Almasih – Mirza Ghulam Ahmad dari Qadian, India – Jamaah ini yang didirikan pada 1889 dan tersebar lebih dari 195 negara dengan keanggotaan melebihi puluhan juta.Setelah kewafatan Mirza Ghulam Ahmad pada tahun 1908, sejumlah besar pengikut Ahmadiyah bekumpul dan secara aklamasi terpilihlah khalifah pertama. Sejak itu empat khalifah telah dipilih, yang berfokus pada pelayanan agama dan mentransformasi keimanan, sebagai lawan untuk mendirikan sebuah negara Islam.

 

Sejak awal berdirinya, Khilafah Ahmadiyah tegas menolak militansi agama dalam segala bentuk.Ketika dihadapkan dengan penyaniayaan berat, ia menerapkan kesabaran dan keteguhan. Ketika menghadapi intoleransi, ia mengajarkan perdamaian dan toleransi. bekerja melalui semangat kaum tertindas melalui upaya-upaya kemanusiaan internasional, Ahmadiyya memenangkan orang-orang yang dirampas hak-haknya dan bekerja untuk mengangkat derajat orang-orang yang tertindas melalui upaya-upaya kemanusiaan secara Internasional. Dia tidak menaklukan tanah jajahan dan tidak memiliki kekuasaan duniawi, tetapi ia berpengaruh pada hati dan pikiran jutaan orang sebagai kekuatan untuk kebaikan dunia.

 

Jadi tidak perlu ada rasa takut terhadap konsep Khilafah Islam yang benar. Sistem kepemimpinan Islam tidak mengancam untuk mendapatkan kontrol politik apapun, tidak mengejar pembentukan negara politik-agama. Mari kita menjauhkan diri dari pemahaman tetang khilafah semacam ini dan memahami bahwa khilafah dapat berfungsi untuk membimbing Muslim dan reformasi spiritual dunia.

 

Judul Asli: Demystifying ‘Caliphate’
Diterjemahkan oleh: Khaeruddin Ahmad
Diedit oleh: Muhammad Idris

About isyaat

Media Informasi Dan Tarbiyat MKAI Jakarta Barat

Posted on 22/01/2012, in Islam and tagged , , , . Bookmark the permalink. Komentar Dinonaktifkan pada KONSEP KHILAFAH ISLAM yang Disalahpahami.

Komentar ditutup.